Thursday, August 18, 2016

Indrayana of Art: Engkau Pahlawan Bangsaku

Indrayana of Art: Engkau Pahlawan Bangsaku: kepada 45 mari kita bersulang untuk satu cerita.. darah dan air mata dulu.. kau tampak bringas matamu tajam "ini nasiku..nadi...

Indrayana of Art: Ibu

Indrayana of Art: Ibu: Ibu siapa aku,ini juga darahmu.. kita pernah bicara 3 perkara hidup jalan dan untuk apa aku bernafas ke semuanya aku buta ini tangan...

Engkau Pahlawan Bangsaku

kepada 45
mari kita bersulang
untuk satu cerita..
darah dan air mata
dulu..
kau tampak bringas
matamu tajam
"ini nasiku..nadi kami
kau rampas..tebas !
"ini kuburanku..lahir mati kami,
kau renggut..& sekalian selamat tinggal !
kami ini sama pejuang larut..
& 17 di hari itu
adalah gelora jiwa tak terhingga
kini,
kau sudah cukup lelah
tugu,jalan,kota.. an
sudah ada namamu
biar kami yang masih dini
menjaga janji
semangat proklamasi
sepenuh hati
membesarkan bumi pertiwi

kepada..45
damailah engkau
pada cita cinta bangsa
jauh sebelum generasi kami...

Monday, July 11, 2016

Buku abu

Pada air sebelum hujan
Sebelum di tulis kan kisah air mata pisahkan
Pada juga angin merebah
Ke selatan ,ke ujung senyum si gadis apa adanya
Dia berbinar
Aku memucat lebam !!!
Kami pernah berpapasan...
Membawa detik ke sisa jaman
Kini akan lebih melari
Menari kan lebih awal
Dan ruang dibentuk,
 Juga diremuk,ambruk kan pelan !
Ini sisa ,sisanya perjalanan
Kita akan lebih mengisi
Jika sama tak mengerti
Dan ini kerinduan
Sudah terbayar
Di tulis di lembaran
Tutup rapat !!
  Simpan !!!

Saturday, July 9, 2016

Ibu



Ibu
siapa aku,ini juga darahmu..
kita pernah bicara 3 perkara
hidup
jalan
dan untuk apa aku bernafas
ke semuanya aku buta
ini tanganku,tanganmu menjadi mata
tanpa waktu
 Kau ajarkan aku
Daya tak terbatas malam
Lebih akan sungguh kau jaga kan
 Ibu,
Aku ini manusia tak mampu...
Jika akan kalah,siramkan aku doa mu
Jika sudah penuh,tumpahi aku nasehat terbaikmu
Mata akan mulai letih
Kembali merunduk ke pangkuanmu
Ibu..
Jika aku kau ciptakan seperti aku
Maka ingatkan aku ketika aku menjadi dia
Karna tanpamu,ibu....
Aku bukan anak sebenarnya....

warna



Kita ini pelangi
Kau merah indah
Dia sekuning senja
Dan aku selebih diantaranya....
Kita sama membentang
Menghias rupa rupa bunga taman juga jalanan
Kita ini warna..
Kadang kuat
Membaur juga ke bentuk abu tua
Sebenarnya ,
kita ini warna !
Tapi warna juga bisa berubah bebas
Jadi barulah kita akan sadari
Kita ini warna !!



Friday, July 8, 2016

pertemuan

Si kecil dan pencari nama
Dalam waktu...dekat,didekap senyap
Suara serta merta
Aku,dia,pula mereka
Berkumpul senyum. ...mendayu gempita
Mata kami saling lirik..
Ber acuan antara muka
 Rengguh sejenak...
     Lalang  !!!
Kita nanti akan saling mengisi
Untuk satu pagi
ujung jalan ini...
Ini tangan sudah membuka
Dekat
Genggam
Sembunyikan dalam dalam
Ke ruangnya satuan relung
Waktu sudah ditiadakan
Masa diganti yang suka makan waktu
Dan inilah kita akan saling paham !!
Membagi sejenak
Menyatukan air mata batin paling dalam

Monday, June 20, 2016

Gelisah



aku ngeri sendiri
dan lagi lagi mau mati
 sendiri
ini muka mau kan lari...
lari kemana ?
sudah sembunyi di bawah duri
sudah pernah sudah sadari begini
 mereka semakin menajam menerjang...
melumat ..memakan hasrat sebenarnya
kau dimana ...?
aku sendiri mau mati
kau hilang ditelan kelam !!!

aku
akan terbunuh oleh si mata setan !!
dan masih belum akan temukan..

Tuesday, June 14, 2016

HaHaHa



Manusia tanpa busana
Dia menghujat seenakny dia
Memaki maki dan makan hati

Manusia tanpa busana
Kau Melepas saja
Seakan tak ada mata disana
Padahal mereka tertawa HAHAHA

Kau lupa
Ini smua smentara
Tak nyata
Fana !!
Manusia tanpa busana
Engkau bebas saja dg wajah seadanya..
Terasuk
Dimakan nafsu dunia..
Aku bercanda canda saja
Haha

Tak akan Mudah Percaya



TAK AKAN MUDAH PERCAYA
Di jam lalu lalang
Digua kecil wajah sderhana
Antara daunan kering
Jatuh berisik disapa tanah
Ternyata itu embun..
Tak lah tercengang
Karna juga air
Air datang,hanyutkan
Dan hilang terbawa apa apa..
Aku hingga mendarah dingin
Ini tak akan dibawa
Karna bukan pada tempatnya
Di danau rawa sungai itu lebih menawar sejuta tawa
Atau berbalik pula sperti sedia kala ??

Puisi


PUISI
Kau puisi
Dia puisi
Aku puisi
Dunia ,apalagi si nenek tua mau mati..

Batas tak diragukan
Dalam?
Bukan!
Hanya semurah obrolan..
Mengais,
Menata
Lepaskan berlari lari..
Tak ada bersembunyi
Karna smua
Puisi

Sendiri


Diam,menanya..
Aku ini apa,,?
Terbunuh..
Dicekik malam
Dirajah suram
Aku terbelalak
Oleh kisah masa silam
Smua jelas
Terpapar,
kalut !
ini lbih sakit dari air mata sbenarnya
Lebih menyayat dari puluhan Terampas
Aku mati..!
Mati sendiri
Dan kau tiada peduli

Aku mati..

Disela terpuruk


DISELA TERPURUK
Mata melapuk
Badan tinggal tulang..
Muka ini dirimbuni pedi peri
Dan jalan ,
Jalan sendiri
Aku maju..
Tanpa saksi
Tanpa canda itu
Smua lenyap hilang jadi abu
Aku tak menentu..
Di desa kecil mau mati ini
Q dapati puing biji tergeletak lemah,
Q usap q tiupi debu yang resah
Dia tersenyum
Disanalah ada bahagia tak terkira

''bawa aku,..
Ini nyawa apa adanya''
Dan kau akn bisa tetap hidup...
Untuk cerita satu buku..sejuta tema''

Kepada Nona Disana


Antara kering daunan
Smua mati dilalap api
Bunga itu berdiri
Sendiri
Berseri seri
Sendiri
Aku terbawa. . .
Sebisanya aku
Pemilik utuh kelopak dari tangkaian itu

Kau tersenyum
Dan kering skitarmu
Menjadi air tanpa hilir
Bagaimana bisa ku rampas
Kau seutuh penuh..
Wajah bisa brubah
Naluri
Datang
Ada
Mencari. . . .
 Entah,

Keyakinan Mu


Kau lah doa
Aku ini tak sesiapa
Ini muka tak main mata
Sudah luluh
Hampir putus
Engkau
Dan Doa...
Sepenuh nafas
Aku meminta sebatas keyakinan aku terima
Ini aku
Ini milikMu
jika akan tumbang
Tumbangkan dijalanMu
Jika akan besar
Ingatkan tak ada yang lebih besar dari Mu
Jalan ini masih berbatas
Masih bnyak arti air mata terampas
Akan tetap ku dengar Engkau
Merasuk jauh
Bersemayam
Di tiap
Nafasku..

Bimbang


aku
sperti kayu kering
tergeris angin dan patah...
aku kini sedang binasa
disisakan senyum
air mata
antara malam aku menekuk
sujud mendoa saja
Kau Maha apa apa
beri aku merpati di ujung senja...
biar akan biar kan terbang..
karna sudah cukup
sering
tak mengingat arti
siapa aku sebenarnya

Di Kota Tua


DI KOTA TUA
Dia terbaring saja
Bicara setengah mati....dia
Menjerit antara batin puluhan manusia
Matanya tajam
Seakan mengadu kejam...pilu
''aku sudah se windu lebih nak..''
Katanya...
Cerita tergelar begitu mendrama
Dan suara terampas tersisa luka
ini tak sepadan !!
Mereka hujan gelimang kuasa
Kau bernafas saja
Meminta..

Jangan Menyerah

Ini akan melangkah
Akan dijalani
Tak perlu sengeri sekaku ini
Tikungan ada gang terdiam
Jarum kompas mengarahkan nat sama
Dan jiwanya sbgai prajurit
Baku biru !
Bunuh si mata angkuh !!
Tanganmu
Tangan kita
Sudah penuh Lumuran cerita
Akan kan terambil angin terbagi
Dan sbgai kapas
Terbang berseri ...
 

         Masih cukup bebas kita tersipu !!!

Pada Malam


PADA MALAM...

Tak ada cahaya
Malam !
Suara sudah menciut
Sudah berganti jangkrik jangkrik
Kabut !
Mata ini membaur
Seakan bicara
Tak mengenal jam,
Dan juga saja Renggut !
Si pucat pasi sudah menengah
tengadah
Di bekunya udara sahaja
Ini semakin semati pikir !! akan dibawa menyeruak laman lain
Sepintas nafas
Meletih...

Buka...
Tutup !
Bicara
Cukup...
Setara..
Cukup tutup
Tidur !!!

Sadari

 SADARI

Kita pernah sama tertantang
Ini luka tak sebiasanya
Ada waktu
Tak hilang...
Melekat Kuat...ingat !!
Kita ini sama rumput
Diinjak,tak beranjak
Tetap hidup
Memandang tanpa dendam
Senyum...
Meski lebam
Kita akan ada bicara
Di arena lain
Masa lain
Cerita kelam
Sudahlah akan begitu
Antara waktu akan merayu..
Dan nama ini
Sudah dipersiapkan
Sebelum nafas kembali pulang
Jalan ,
Jalanlah saja
Ini tangan siap menampar
Meremuk halus
Air mata terbuang...
Kita lebih akan tersenyum
Di 1000 jam lebih
Sebelum mata menutup
Diakhir batas
senja menua...

Wednesday, June 8, 2016

Kepada Jeni


Kepada Jeni
Nak,
Kini kau 2 masa lebih hebat
Dan ini payung akan tetap kuat
Pejamkan mata atas yang ada
Kembali manyun untuk mereka
Disuatu pagi di jam masa mendatang
Kau akn mengerti
Beri senyum kepada embun
Bawa pulang dan sebarkan
Cahaya tak akan padam
Akan bersemayam di nafas kecil
Genggam
Dekap
Dan hembuskan..
Smua akan tenang !!
Pada masany
Nak...

Sunday, May 15, 2016

Semangat

Keras...
sekeras batu
tak ada lemah yang mengikat
ini manusia ...ya manusia..akan melesat
akan menggempur ...
tanah yang bebas akan dimakan
dan laut yang selam sudah seteguk
dia atau aku yang setengah baja
tak ada beda !
kita melara...
mencari makna,,
siapa??
dan mata pula menajam...bringas !
ayo..kita teriaki kaki kaki naluri
hingga ke ujung garis
berlari....
ayo kita porak porandakan terbuang !
ini jiwa sudah seluruh ,penuh 
sertakan !!

renggut
genggam
telan !

Doa








Tertunduk,Aku..!
mati
Berserah,melepas resah..
Terbiarkan air mata mengadu aku,
Kau slalu ada bagiku
Bagi putih saat menghitam..
Bagi pagi ketika malam
Smua tak ada syarat
Dan Kau
Doa ku..
Ini aku...milikMu
Ketika aku tak mampu
Ini aku..milikMu
Smua tak ada !
Dan ini aku
MilikMu..
Aku tak minta waktu
Jalan sudah JalanMu 
Kau beri aku
dan Aku milikMu !!
Sudah..

Sisi Lain

Ku melihat
Tpi tak ada..
Ini fatamorgana
Lengah semenit
Mati meraba...
Didiamny nada
Kau menawar satu not kelas catur
Beda langkah
Salah terjang
..Sudah...!

Kau kuat
Kau juga air
Menimang tenang
Lalu menenggelamkan
Itu tak apa apa..
Karna cinta sudah meraja.

Tersampai dan menanti

Meniup kumpulan angin
Terbawa juga pesan terakhr
Di petuk 2 rencana
Yang remuk
Dan yang setia..
Masih juga dihimpit ranting tua..
Tak lah melapuk saja
Biar ambruk dan terterima
Ini wajah sudah mendingin
Mencari muka di liang pasir..
Masih blum jg ada kata...

Friday, May 13, 2016

Pesan tertunda

Angin...
Kau lupa kah?
 aku ini sudah merencana..
satu kabar kau bawa..dan aku lega
kau hilang rupa saja..
ke penjuru mana kau  melenggang lalang
aku disini seperti si kecil angsa
dimakani gelisah tiada tara
Angin...
selangkah lagi dan terbayar
kau menyeruak
mempesiang ke negri orang!

 angin...!
datang..!
 pulang!
datang !
berikan...
    dan akan ada ,
akan temukan!

Hening

Berada jauh disana ..
Aku menggelepar
melantar muka...
nyanyian lama tak terasa...
yang menjiwa cuma hampa !
sendiri...
kurasa pedi peri ini
bergelangut enggan pergi
ini sunyi pun tak pun lari..
 berselam diantara malam
ku renggut yang luka dan yang diam
dan cerita mulai di tayangkan
meng ingat antara tersenyum dan yang di air matakan..

aku tak bicara apa apa......

Yang terbaik



Aku kira kau sudah pahami jadinya
Bunga dan daunan mati !
Mengering,terbaring dan tinggal cerita
Ini taman mati pula
Biru cahya sinar
Berganti angin pilu
Mendayu..langut
Sendu..
Kita,kau dan aku
Tak lagi pandangi wangi merpati
Dan senja sudah lagi tak mau tau
Hilang saja tangan antara kita
Dalam diam kau mengadu
Kau lbih akan tersenyum
Di taman lain
Di jam setelah ,
Aku !

Prajurit


Pagi kau anggap malam..
Memaku,menancap pedang!

Lawan ..
Satu pukulan,
Tumbang !
Dan lantang kau meriam..
Raga terdekap janji
Membisik antara saksi naluri
Tak terdengar luapan gentar
Maju,
Pacu,
Meremuk mata menampar kuasa
Prajurit..
Berpeluk eangkau dalam jiwaku
Tak ada nafas
Se kuat nafasmu

Wednesday, May 11, 2016

Sedikit Mengenang

Di gubuk tua
Di saksi mata
Ku menemu potret nama
Dia seolah bicara..
 "sebentar dulu...dulu kita pernah saling memadu"
diam..
Ya..itu bunga lalu
pernah harum
dan sudah layu...
Kini kau bebas...
terhempas lepas
Dermaga sejati..

tersenyum
di lantunya alur

Menanti

Jam..
sudah pegal dia berputar
Mengering garing ranting antara sekitar
Menua pula butir bulir padi an
ada apa?
Kau disana..
Aku tertekuk bekuk oleh harap yg mulai mendebu,
Lama..
Cukup lama kau berhayal
Aku setengah tiang ,tinggal tulang ..
Entah apa
Daya Tak mendongkrak
Senyum pun memucat ,pudar
Dan cerita itu
Masih terdiam..

Kau Kejam Percuma Saja

Pagi dikota mati
Setumpuk kapas berbaur ,terbang..
lalu lalang,pulang !
Kau tak mau tau..
Mayat mayat berharga sepatu
pakai,
  rusak,
    buang...
Dimatamu yang memerah
kau hutang seribu darah
Usiamu tak sepadan dengan ambisimu
sedikit melangkah ke ini,kau mati juga
Umur jagung lebih muda
Dan harapan mereka ratusan tahun lebih tak menyangka
ini percuma,tapi itulah dramanya..
peranmu peran setan !
berkembang, kembangnya bangkai..
Hidup yang lain pun dimakan api..
Tak ada menang...
tak dariku,tak dari masa sebelum aku !

Tuesday, May 10, 2016

Setelah Kau Datang

kendati lama telah pulang
ini luka menusuk tak enggan kering
kau tidak bicara
diam menanya...dan luka ada
diredupnya lilin yang semakin tua
matamu bercerita
merenggut kabar dunia lain
menceritakan antara putus dan tinggal
kini kau mulai merayap
menatap aku menantang deru
mati pilu
dan itulah kau memilih...

hilang

Bercampur tumpur antara minyak dn air
Mereka berbikin janji,
Dan tak berarti..
Di gebyar pesta pora rimba
Burung masih blum juga bersandar
Ada apa,hilang merasa ?
Jangkrik tengik pun enggan menderik cekik
Nuansa tetap melenggang
Memungut larut
Di jamnya kerut..

Monday, May 9, 2016

Pengemis Tua

Pengemis tua
engkau meronta,sandiwara pinta
debu yang muram,kau hisap seenak kembang
puing caci maki yang ke sekian kali
kau punguti,
tersenyum...dan kembali lagi
sesekali kau ketuk ketuk gelas sisa air pagi tadi
seolah tak terhiraukan ,mata pikir manusia lain !
kau terus,dan teruskan arus sedu sedan
Pengemis tua..
engkau tak semuda aku..tak juga duniaku
janagan kau bawa aku lari,maniskan,lalu tenggelamkan....
semua sudah begini,...ya begini saja
nanti,
di gang lain,jalan lain juga akan menemu bicara
Pengemis tua
ternyata kau benar,aku saja yang termakan
potret lusuhmu lebih mengingatkan
dan suara serak menggeletak
sudah menceritakan sbuah perjalanan

 Hidup yang kejam
 atau kita yang gagal...

Hampir Putus asa

Pagi ini menyayat sepi
 Menatap lelah kuburan harapan
Membatu kaku dalam ingatan takdir
Aku terdiam
Tergampar pekik keputus asaan..
Se detik ini jiwaku hilang
 termakan amarah yg sudah kalah

 Jatuh tersandung
 Kerikil tua....

Terketuk

Ku tatap dinding kosong
Dia menatapku angkuh, kosong
Rasa ini bergelanyut membubuhi pemikiran
yang tanpa arti..dan masih kosong
   sempat lupa diri,
Aku bernyanyi melawan sunyi yang semakin kecut..
setapak,dan berlari,
setapak,dan meloncat ...enggan !
Dia semakin bersenyum mengingat
Kita sudah tua,sudah saatnya terjaga saja
Dan menjadi hakim di sisa nyawa
dan merenggut baku untuk bicara A
Dan melupakan detik terbuang begitu murahnya
Nafas akan meletub
menancap busur
keruang tenang tertutup
Jangan ada alasan !
    tak satupun ,jangan !
beberapa banyak nadi yang mengeras...
Sudah sekeras jiwa yang tertindas
maju,pacu dan tamatkan ikhtiar
   wajah yang bebas
sudah menunggu...

Yakin

Mata ini jatuh
Raga tersenyum
Pdahal jiwa mengamuk piruk,
Wajah berbaik
Pdahal timbunan resah sudah menggunung
Q dan doaq
Memadu pedang
Perangku..!
Di sisa nyawa yg tinggal setengah teguk
q tak ingin sekatapun bertipu palsu
Apalagi meniru..
tiru !
Yang sejati dari hti
Yg nyata krna ada
Baru kita bicara Slebihnya. . .

Kagum

Kau punya arti..
Menyeluruh tenang dn tnpa apa2
Ke sekian ribu pemikiran menyatu padukan
Tapi apa,
Gagal dimakan senyum menghela...
Kau kuat,
Bgai baja
Setajam peluru
Kau lah pagar
Untuk serumpunan bunga biru itu
Tak ada kata
Apalagi tipu merayu
Yg terjadi
Hny diam
Dn mengagumimu...

Untuk Bapak

Terputus waktu. .
Pak kni q sudah 1000 jam lbih berada
Tak terasa sudah terbiasa saja
Kita pernah beradu janji
Tentang esok
Tntang apa aku ini nanti
Pak,
Nadimu
Luruh paruh dlm jiwa
Melebur kuat mematikan darah dingin
Disaat itu
Kau slalu berteriak lantang
Seakan tak pernah ajarkan menyerah..
Pak
Kini dunia sudah hening
Dn smua pun terlalu berlarut
Kau akn tetap damai
Dlm sepi diam memangut..

Antara Keyakinan Dan Kenyataan

Aku
Menembus batas imajinasiku
Menulis kertas pijakan baku
mengingat,melepaskan segumpal penat cerita waktu
Kuberlari,tapakku berjalan
Kuteriakkan,nyaliku hilang...
Kutinggalkan bayangan lama tak henti menentang
Ini belum ku temukan...!
antara keyakinan dan kenyataan
smua bebas beradu
dan masih belum ku temukan
mereka ku dengarkan nampak tak berkabar
dengan sejuta kepalsuan rencana wajah
ini dunia rekayasa..
dan aku terbelit didalamnya
Andai bisa memukul,kupukuli setengah mati
Andai bisa kumakan,kumakan remuk sampai kerusuk !
lalu ku muntahkan..
antara keyakinan dan kenyataan
tak henti mengais
 sejuta harapan....

iklan 1

loading...